Senin, 23 November 2015

Peranan Cinta Kasih Keluarga Dalam Mencegah Perilaku Negatif Remaja



Peranan Cinta Kasih Keluarga Dalam Mencegah Perilaku Negatif Remaja

Tingkat kenakalan remaja pada saat ini sudah sampai pada tahap yang memprihatinkan. Tawuran, sex bebas, narkoba (obat-obat terlarang), tindak kekerasan bahkan sampai kasus pembunuhan yang dilakukan para remaja sudah menjadi santapan berita sehari-hari. Masa remaja adalah peralihan menuju ke tingkat pendewasaan sikap, sehingga butuh pengarahan dan pengawasan dari para orangtua dan guru. Seperti dikutip kompas.com berikut ini : Keselamatan warga Jakarta masih terancam. Pasalnya, pelajar yang tawuran sudah berani menggunakan bahan kimia. Perilaku ini bukan fenomena biasa dan menjadi cermin kualitas kenakalan remaja yang semakin meningkat. ”Ini sudah persoalan kriminal yang dilakukan pelajar. Tingkat kenakalannya sudah di luar batas pelajar. Mulai dari cara melakukan sampai melarikan diri setelah menyiramkan air keras, perbuatan itu seperti pelaku kriminal jalanan,” kata Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto, Senin (7/10/2013), di Jakarta. Dari berita di atas dapat kita lihat pemakaian air keras bisa menyebabkan cacat permanen pada korban dan hal ini adalah sebuah kejahatan yang luar biasa.

REMAJA
Dalam ilmu psikologi, masa remaja merupakan periode peralihan dari masa awal anak-anak ke masa awal dewasa. Ini ditandai perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksualnya. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan proses pencarian jati diri menjadi sangat menonjol. Mereka akan semakin banyak menghabiskan waktu di luar rumah, mencari pengakuan dari teman-temannya. Pada fase ini, orang tua harus memberi perhatian dan waktu khusus kepada setiap anak-anaknya; dalam membimbing dan mengarahkan setiap perubahan yang terjadi, baik secara fisik maupun mental. Akhirnya mereka dapat menemukan jati dirinya yang baik. Bila orang tua lengah sedikit saja, dasar nilai dan aturan yang telah dibangun dari kecil akan dengan mudah “runtuh” atau hilang, tergantikan nilai-nilai yang cenderung negatif berasal dari lingkungan pergaulan di luar rumah.

Tampak nyata sekali di sini, dampak pergaulan di kalangan remaja ini sangat besar pengaruhnya, karena akan banyak membentukan karakter dan perilaku dari jati diri remaja. Dari pergaulan itu, mereka akan belajar semua hal dan mencontoh semua tindakan dari teman-teman sebayanya. Kecenderungannya, mereka akan terima semua itu tanpa bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Hasilnya, mereka akan terima semua pendapat dan semua tindakan dalam kelompok pergaulannya sebagai sebuah kebenaran yang dianggap baik untuk dilakukan. Itu karena mereka juga melihat semua teman sebayanya melakukan hal yang sama.
 
Pentingnya Pengawasan Anak

Pengawasan identik dengan kata awasi dan pemeriksaan. Kata pengawasan dalam kamus umum bahasa Indonesia berarti “penilik dan penjagaan”. Jadi, pengawasan berarti mempertahankan dan menjaga dengan baik-baik, segala yang dilakukan anak dalam segala aktivitasnya. Hal ini sangat penting dilakukan, dengan catatan harus dilakukan dengan cara yang tepat. Jika tidak, akan jadi masalah bagi orang tua. Pengawasan anak yang salah ini terkadang dianggap wajar dalam masyarakat. Dikarenakan begitu menyayangi anak dan diliputi rasa kekawatiran berlebihan, para orang tua akan dengan serius melindungi anak, dengan memberikan banyak aturan yang mengekang kebebasan anak untuk memilih teman dan mengembangkan diri. Ini akan membuat anak berperilaku sebaliknya dari harapan orang tua, yaitu dengan menjadi tidak hormat dan berontak melawan orang tua, serta memilih keluar dari rumah bersama teman-teman sebayanya, terjerumus dalam pergaulan yang buruk.
Pada fase ini, remaja membutuhkan pengakuan dan penerimaan atas jati dirinya. Bila hal itu tidak didapat dari orang tua, ia akan mencari dari lingkungan pergaulan di luar rumah. Di sini pengawasan ketat dilakukan bukanlah menerapkan banyak aturan yang mengekang kebebasan. Pengawasan ini harus dilakukan dengan dasar hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, yaitu memberikan pengertian tentang akibat dan bahayanya pergaulan yang buruk yang merusak, serta memberi kepercayaan pada setiap anak untuk belajar dalam beraktivitas memilih teman pergaulannya. Bila anak kedapatan salah memilih teman yang membawa dampak negatif, orang tua perlu memberikan teguran dibarengi pengertian dan penjelasan akan bahayanya pada anak. Jadi, biarlah anak diberi kesempatan untuk terus belajar, dengan terus berulang-ulang diberikan penerimaan dan kepercayaan, hingga akhirnya mereka dapat menemukan kelompok teman sebaya yang memberi dampak positif.

Awasi Pergaulanmu

Pergaulan yang buruk akan merugikan mereka sendiri. Anak yang dulunya setia, bisa berubah menjadi tidak setia, yang dulu rajin bisa menjadi malas, yang dulu biasa melakukan yang baik bisa berubah menjadi pelaku kejahatan, dan yang dulu hidup benar di mata Tuhan bisa berbalik hidup maninggalkan Tuhan hanya karena pergaulan. Oleh karena itu orang tua harus mengambil sikap untuk lebih peduli dalam mengarahkan setiap anak-anaknya menemukan komunitas yang benar, bisa itu dalam komunitas agama, agar mereka dapat bertemu dan bergaul dengan orang-orang yang setia, rajin, baik, dan hidup benar di dalam Tuhan. Jadi, mereka tidak akan  terpengaruh dan jatuh dalam pergaulan yang buruk. 
    
KELUARGA

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut: Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual
       Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
  • Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
  • Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
  • Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
  • Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
  • Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
  • Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
  • Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
  • Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
  • Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

CINTA KASIH
Kata cinta dapat diartikan sebagai sebuah perasaan yang ingin saling dibagi terhadap orang-orang yang kita sayangi. Pendapat lainnya, cinta adalah sesuatu yang ingin dilakukan terhadap sesama baik itu seperti pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti dan mau melakukan apapun yang diinginkan oleh seseorang yang disukai. Menurut saya pribadi, cinta merupakan suatu perasaan yang pasti dimiliki oleh setiap insan yang bernyawa di dunia ini. Cinta merupakan perasaan yang tulus dan murni, cinta tidak dapat dipaksakan dan cinta tidak membuat seseorang berbuat kejahatan, tetapi rasa cinta itu kembali ke diri seseorang itu sendiri, bagaimana seseorang itu dapat menahan  dan mengontrol rasa cinta itu sendiri.

Hal-hal yang memicu tindakan negative pada remaja
Kenakalan remaja itu terjadi karena beberapa faktor, bisa disebabkan dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor Internal :
  • Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
  • Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor Eksternal :
  • Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
  • Teman sebaya yang kurang baik
  • Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Mengatasi kenakalan remaja
Hal-hal yang bisa dilakukan cara mengatasi kenakalan remaja :
  1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
  2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
  3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
  4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
  5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Hubungan Cinta kasih dalam keluarga berperan penting dalam mencegah tindakan negative pada remaja
Cinta kasih memiliki peranan penting dalam kehidupan, termasuk dalam keluarga. Dalam keluarga, rasa cinta kasih yang begitu kuat baik datang baik dari orang tua yang memberikan cinta kasih kepada anak-anaknya, atau sebaliknya cinta kasih yang dimiliki anak-anaknya kepada orang tua  dan kepada saudara-saudaranya. Cinta kasih membuat keharmonisan dalam keluarga dapat tercapai. Ikatan batin yang kuat dalam jalur norma-norma agama sangat berpengaruh pada perilaku anak. Dalam keluarga, cinta kasih yang didapatkan anak dari orang tua dan keluarganya, memiliki dampak positif terhadap tumbuh kembang anak. Anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik, ceria dan menyenangkan dan tidak sedikit dari anak-anak itu tumbuh menjadi seseorang yang berprestasi. Tentu hal ini merupakan sesuatu yang di cita-citakan oleh semua orang tua di dunia ini. Ikatan cinta kasih antara orang tua dan anak akan membuat anak lebih termotivasi dalam menjaga harga diri, nama baik ataupun martabat keluarga
Akan Tetapi, jika dalam suatu keluarga tidak terdapat rasa cinta kasih didalamnya maka rasa harmonis didalam keluarga akan sangat sulit untuk didapat oleh masing-masing anggota keluarga. Sebagai contoh, orang tua yang kurang memberikan cinta kasih kepada anak-anaknya  akan membuat anak-anak itu tumbuh dalam rasa kesepian, kekecewaan dan membuat anak-anak itu akan melarikan rasa kekecewaan dan rasa kesepiannya ke hal-hal yang kurang baik. Merokok, memakai narkoba dan pergaulan bebas merupakan contoh yang dapat saja dilakukan oleh anak-anak yang merasa kecewa dengan cinta kasih dalam keluarga. Cinta kasih dalam keluarga dan pendidikan agama yang kuat sangat membantu dalam mencegah terjadinya tindakan-tindakan negative pada remaja.

KESIMPULAN
Remaja adalah masa-masa pencarian jati diri menuju tingkat kedewasaan . Lingkungan dan pergaulan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perilaku remaja. Pada masa kini tindakan kenakalan remaja semakin meningkat dan sangat menghawatirkan. Sehari-hari kita banyak disuguhkan berita-berita negative tentang kenakalan remaja.  Peran serta orang tua, pendidik, pemuka agama sangat dibutuhkan dalam memberi arahan pada remaja agar dapat memilih aktifitas yang positif. Cinta kasih merupakan jembatan menuju keharmonisan suatu keluarga. Tegak atau tidaknya sebuah keluaraga tergantung pada keharmonisan pimpinan dalam memberikan kasih sayang dan pengertian kepada anggota keluarga yang lain. Apabila pimpinan keluarga (ayah atau ibu) tidak baik, sebagian anak-anaknya akan bermasalah. Pimpinan merupakan tonggak atau contoh konkret bagi anak. Gaya dan perilaku anak juga tergantung kepada didikan yang diberikan ayah dan ibu, sebagai pendidik pertama.
Pada dasarnya remaja memerlukan adanya hubungan harmonis dengan sesama anggota keluarganya. Remaja juga memerlukan suasana demokratis, kritis, jujur, dan keterbukaan saat berkomunikasi dengan anggota keluarganya. Dengan demikian, segala masalahnya dapat dikomunikasikan dengan baik, termasuk sesama permasalahan yang mendasar, seperti bagaimana cara menanamkan akidah kepada dirinya.


SUMBER
Kompas.com
http://www.sinarharapan.co/news/read/141206002/-div-masa-pencarian-jati-diri-remaja-div-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar